"VARIASI TEORI NEO-MARXIS"
DETERMINISME EKONOMI
Menganggap system ekonomilah yang menentukan semua sector masyarakat
lainnya. Sector politik agama dan sebagainya tidak dapat dikurangi menjadi epifenomena
yang ditentukan oleh ekonomi, alasannya di pengaruhi oleh sector ekonomi.
Menurut Egger (1978), ekonomi mencapai puncaknya sebagai interprestasi teori
Marxian selama periode komunis internasional kedua antara 1889 dan 1914.
Periode ini dikatakan sebagai puncak kapitalisme pasar awal. Dimana ledakan
pertumbuhan ketika itu menimbulkan berbagai prediksi mengenai kematiannya. Para
pemikir Marxis menyakini determinisme ekonomi memandang kehancuran kapitalisme
sebagai sesuatu yang tidak terelakan. Struktur ekonomi kapitalis terdiri atas
serentetan proses yang tanpa terelakan menyebabkan kehancuran kapitalisme dank
arena itu tergantung pada kemampuan determinisme ekonomi untuk menemukan cara
kerja prosesd itu.
MARX HEGELIAN
Determinisme ekonomi mulai memudar perannya dan sejumlah teoritis
mengembangkan teori Marxian jenis lain. Marx Hegelian ini mencoba memperbaiki
hubungan dealiktika antara aspek subjektif dan aspek objektif kehidupan sosial.
Perhatian mereka terhadap factor subjektif memberikan basis bagi perkembangan
teori kritis selanjutnya, yang semula hampir sepenuhnya memusatkan perhatian
secara esklusif pada factor subjektif. Determinisme ekonomi ini lebih
memusatkan pada karya Georg Lukacs yang sangat terkenal terutama bukunyahistory
and class conscioueness.
Georg Lukacs
Lukacs memulai dengan konsep komuditi Marxian yang diakui sebagai sebuah
masalah structural penting dalam masyarakat kapitalis. Komoditi ini berbentu
barang dan berkembang menjadi objek itu menjadi basis hubungan antar individu. Dalam
masyarakat kapitalis, interaksi manusia dengan alam menghasilkan berbagai macam
produk atau komoditi (misalnya, roti, mobil, film). Tetapi, manusia cenderung
tidak mampu melihat fakta bahwa merekalah sebenarnya yang menghasilakan
komoditi itu dan memberikan nilai. Nilai justru mereka pahami sebagai produk
pasar, terlepas dari actor. Pemujaan mutlak terhadap komuniti merupakan proses
berpikir yang mengakui komoditi dan pasar dalam masyarakat kapitalis sebagai
objek yang keberadaannya terlepas dari actor.
Kesadaran Kelas Dan
Kesadaran Palsu
Kesadaran kelas bukan retata ataun penjumblahan kesadaran individual;
kesadaran kelas adalah sifat sekelompok orang yang secara bersamaan menempati
posisi serupa dalam system produksi. Perhatian ini tertuju pada kaum borjuis
dan proletar. Menurut Lukacs, terdapat hubungan yang nyata antara posisi
ekonomi objektif, kesadaran kelas dan “pemikiran psikologis riil orang mengenai
kehidupan nyata mereka”.
Konsep kesadaran kelas setidaknya dalam system kapitalis, secara tersirat
menyatakan keadaan sebelumnya, yang dikenal sebagai kesadaran palsu. Artinya,
kelas-kelas dalam masyarakat kapitalis umumnya tidak menyadari kepentingan
kelas mereka yang sebenarnya. Contoh, hingga tahap revolusioner, anggota kelas
proletar belum menyadari sepenuhnya sifat dan tingkat pemerasan yang mereka
dalam system kapitalisme. Kepalsuan kesadaran kelas berasal dari posisi kelas
dalam struktur ekonomi masyarakat: “kesadaran kelas secara tersirat menyatakan
kondisi ketaksadaran yang dikondisikan kelas dari kondisi sosio historis dan
kondisi ekonomi seseorang. Berbagai factor mencegah perkembangan kesadaran
kelas. Pertama, Negara terlepas dari ekonomi mempengaruhi strata sosial. Kedua,
kesadaran mengenai status (prestise) cenderung menutupi kesadaran kelas
(ekonomi). Akibatnya, seperti disimpulkan lukacs, “dalam masyarakat yang
seluruh hubungan sosialnya berdasarkan basis ekonomi tak mungkin tercipta
kesadaran kelas”.
Antonio Gramsci
Antonio Gramsci lebih memusatkan perhatian pada gagasan kolektif ketimbang
pada struktur sosial seperti ekonomi, dan keduanya beroperasi menurut teori
Marxian tradisional. Konsep sentral Gramsci dan yang mencemirkan
hegelianismenya adalah hegemoni. Menurut Gramsci, “unsur esensial filsafat
paling modern tentang praksis (menghubungkan pemikiran dan tindakan) adalah
konsep filsafat sejarah tentang hegemoni”. Gramsci mendefinisikan hegemoni
sebagai kepemimpinan cultural yang dilaksanakan oleh kelas penguasa.
TEORI KRITIS
Teori kritis merupakan produk sekelompok neo – Marxis Jerman yang tidak
puas terhadap teori Marxian, terutama kecenderungannya menuju determinisme
ekonomi. Teori kritis berasal dari dan sebagian besar berorientasi ke pemikir
Eropa, meski pengaruhnya tumbuh dalam sosiologi Amerika. Teori kritis sebagian
besar terdiri dari kritik terhadap berbagai aspek kehidupan sosial dan
intelektual, namun tujuan utamanya adalah mengungkapkan sifat masyarakat secara
lebih akurat (Bleich, 1997).
Kritik terhadap Teori
Marxian
Teori kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya,
terutama terhadap pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi yang
mekanistis. Beberapa orang diantaranya (misalnya Habermas) mengkritik
determinisme yang tersirat di bagian tertentu dari pemikiran asli Marx, tetapi
kritik mereka sangat ditekankan pada neo – Marxis terutama karena mereka
menafsirkan pemikiran Marx terlalu mekanistis. Teoritisi kritis tidak
sepenuhnya menyatakan determinisme ekonomi keliru saat memusatkan perhatian
terhadap aspek ekonomi, namun teori kritis mencoba meralat ketidakseimbangan
tersebut dengan memusatkan perhatian terhadap aspek kehidupan sosial yang lain,
Kritik terhadap
Positivisme
Teoritisi kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung
penelitian ilmiah terutama positivisme. Kritik terhadap positivisme berkaitan
dengan kritik terhadap determinasi ekonomi, karena beberapa pemikir
determinisme menerima sebagian atau seluruh teori positivisme tentang
pengetahuan. Positivisme menerima gagasan bahwa metode ilmiah tunggal dapat diterapkan
di seluruh bidang studi. Positivisme mengambil ilmu fisika sebagai standar
kepastian dan ketepatan untuk semua disiplin ilmu.
Aliran kritis menentang positivisme karena beberapa alasan, pertama yaitu
positivisme lebih melihat kehidupan sosial sebagai suatu proses ilmiah. Teori
kritis lebih menyukai memusatkan perhatian pada aktivitas manusia maupun pada
cara – cara aktivitas tersebut mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas.
Singkatnya positivisme dianggap mengabaikan aktor ke derajat yang pasif yang
ditentukan oleh kekuatan ilmiah. Karena para teoritisi kritis yakin akan
kekhasan sifat aktor, maka mereka tidak dapat menerima gagasan bahwa hukum umum
sains dapat diterapkan terhadap tindakan manusia.
Kritik terhadap
Masyarakat Modern
Kebanyakan karrya aliran kritis ditujukan untuk mengkritik masyarakat
modern dan berbagai jenis komponennya. Teori Marxian awal kebanyakan secara
tegas tertuju ke bidang ekonomi, sedangkan aliran kritis menggeser orientasinya
ke tingkat kultural mengingat kultur dianggap sebagai realitas kapitalis
masyarakat modern. Artinya dominasi masyarakat modern telah bergeser dari
bidang ekonomi ke bidang kultural. Karena itulah aliran kritis mencoba
memusatkan perhatian pada penindasan kultural atas individu dalam masyarakat.
Pemikiran kritis tidak hanya dibentuk oleh teori Marxian tetapi juga oleh teori
Weberian. Ini tercermin pada perhatian mereka terhadap rasionalitas sebagai
perkembangan dominan dalam dunia modern. Hal ini telah dijelaskan oleh Trent
Schroyer (1970) bahwa dalam masyarakat modern penindasan dihasilkan oleh
rasionalitas yang menggantikan eksploitasi ekonomi sebagai masalah dominan.
Aliran kritis telah mengadopsi pembedaan Weber tentang rasionalitas
formal dan rasionalitas subjektifatau apa yang disebut
oleh teoritisi radikal sebagai reason.
Menurut teoritisi kritis, rasionalisme formal tidak mencerminkan perhatian
mengenai cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Inilah yang
dipandang sebagai “cara berpikir teknokratis” dimana tujuannya adalah untuk
membantu kekuatan yang mendominasi dan bukan untuk memerdekakan individu dari
dominasi. Tujuannya adalah semata – mata untuk menemukan cara yang paling
efisien untuk mencapai tujuan apapun yang dianggap penting oleh pemegang
kekuasaan. Cara berpikir teknokratis berbeda dengan cara berpikir nalar (reason)
yang berkenaan dengan keadilan, perdamaian, dan kebahagiaan.
Meski kehidupan modern terlihat rasional, aliran kritis memandang
masyarakat modern penuh dengan ketidakrasionalan (Crook,1995). Gagasan ini
diberi nama “irasionalitas dari rasionalitas formal”. Masyarakat adalah tidak
rasional karena dunia rasional merusak individu, serta kebutuhan dan kemampuan
mereka ; bahwa perdamaian dipertahankan melauli perang yang terus menerus ; dan
bahwa meski sarana yang ada sudah cukup, namun rakyat tetap miskin, tertindas,
tereksploitasi dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri.
Aliran kritis terutama memusatkan perhatian pada suatu bentuk rasionalitas
formal – teknologi modern (Feenberg, 1996). Marcuse (1964) misalnya mengecam
keras teknologi modern setidaknya seperti yang digunakan dalam kapitalisme. Ia
memandang teknologi berperan penting sebagai metode pengendalian eksternal
terhadap individu yang baru, lebih efektif dan bahkan lebih menyenangkan.
Contoh utamanya adalah penggunaan televisi untuk mensosialisasikan dan
menentramkan penduduk.
Marcuse menolak gagasan bahwa teknologi bersifat netral dalam dunia modern,
sebaliknya dia memandang teknologi sebagai alat untuk menguasai rakyat.
Teknologi modern adalah efektif karena walaupun ketika dicipkatan tampak netral
namun sebenarnya ia memperbudak. Teknologi membantu menindas individualitas
dimana kebebasan aktor dilanggar dan dikurangi oleh teknologi modern. Akibatnya
adalah apa yang disebut Marcuse sebagai “masyarakat berdimensi tunggal”, yakni
dimana individu kehilangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan negatif
tentang masyarakat.
Kritik Terhadap Kultur
Teoritisi kritis melontarkan kritik terhadap apa yang mereka sebut sebagai
“industri kultur”, yakni struktur yang dirasionalkan dan dibirokratisasikan
yang mengendalikan kultur modern. Industri kultur menghasilkan apa yang secara
konvensional disebut “kultur massa” yang didefinisikan “sebagai kultur yang
diatur…tak spontan, dimaterialkan, dan palsu, bukan ketimbang sesuatu yang
nyata” (Jay, 1973 : 216)
Ada 2 hal yang dikhawatirkan oleh pemikir kritis mengenai industri
kultur. Pertama, mereka mengkhawatirkan tentang kepalsuannya.
Mereka membayangkannya sebagai sekumpulan paket gagasan yang diproduksi secara
massal dan disebarkan ke tengah – tengah massa melalui media. Kedua, teoritisi
kritis merasa terganggu oleh pengaruh yang bersifat menentramkan, menindas, dan
membius dari industri kultur terhadap masyarakat.
Selain industri kultur, para teoritisi kritis pun mengkritisi apa yang
disebut sebagai “industri pengetahuan” yang mengacu kepada entitas – entitas
yang berhubungan dengan produksi pengetahuan yang menjadi struktur otonom di
dalam masyarakat. Sebagian besar teroi kritik adalah sejalan dengan analisis
kritik. Meskipun teori kritis mempunyai sejumlah minat positif, tetapi ia lebih
banyak memberi kontribusi yang lebih kritis ketimbang kontribusi positif. Dan
karena alasan ini makan teori kritis tidak memberikan banyak sumbangan terhadap
teori sosiologi.
Kontribusi –
Kontribusi Utama
Subjektivitas. Kontribusi besar dari
aliran kritis adalah usahanya untuk mengorientasikan teori Marxian ke arah
subjektif. Meskipun ini merupakan kritik terhadap materialisme Marx dan
terhadap fokusnya terhadap struktur ekonomi, ini juga merepresentasikan
kontribusi yang kuat terhadap pemahaman kita tentang elemen subjektif dari
kehidupan sosial. Kontribusi subjektif dari aliran kritis adalah pada tingkat
individual dan kultural.
Dialektika. Fokus
positif utama kedua dari teori kritis adalah minat pada dialektika secara umum
dan variasi dari manifestasi spesifiknya. Pada tingkat paling umum dialektika
berarti fokus pada “totalitas” sosial. Pendekatan ini melibatkan penolakan
terhadap fokus pada setiap aspek “spesifik” dari kehidupan sosial. Khususnya
sistem ekonomi, di luar konteks yang lebih luas.
Kritik terhadap Teori
Kritis
Sejumlah kritik telah diajukan terhadap teori kritis yakni : pertama, teori
kritis dianggap bersifat ahistoris, meneliti berbagai peristiwa tanpa
memperhatikan konteks sejarah dan komparatifnya. Kedua,teori kritis
umumnya mnegabaikan ekonomi. Ketiga, teoritisi kritik
cenderung berargumen bahwa kelas pekerja telah hilang sebagaimana halnya
kekuatan revolusioner, pandangan yang bertentangan dengan analisis Marxian
tradisional
Ide-Ide Jurgen Hebermas
Perbedaannya dengan Marx. Herbermas mengatakan
bahwa Marx telah gagal untuk membedakan antara dua komponen analitik yang
berbeda-kerja dan interaksi sosial. Menurut pandangan Herbermas, Marx cenderung
mengabaikan yang disebut belakangan dan hanya membahas pada kerja. Di sepanjang
tulisannya, Herbermas memuat perbedaan, meski dia cenderung menggunakan istilah
tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi).
Titik kunci perpisahan Herbermas dan Marx adalah penegasan bahwa tindakan
komunikatiflah, bukan rasional-purposif (bekerja) yang merupakan fenomena
kemanusiaan paling khusus dan paling pervasif. Tindakan komunikatif (bukan
kerja) adalah landasan segala kehidupan sosiokultural dan landasan seluruh ilmu
pengetahuan manusia. Sementara Marx memusatkan perhatian pada bekerja (tindakan
rasional-purposif), Herbermas memusatkan perhatiaan pada komunikasi.
Rasionalisasi. Dalam hal ini, Herbermas selain
dipengaruhi pemikiran Marx, juga dipengaruhi oleh Weber. Herbermas membedakan
antara rasional-purposif dan tindakan komunikatif. Menurut Herbermas tindakan
rasional-purposif menumbuhkan kekuatan produksi dan meningkatkan kontrol
teknologi atas kehidupan. Rasionalisasi tindakan komunikatif berperan penting
membebaskan komunikasi dari dominasi, memerdekakan dan membuka komunikasi.
Menurut Herbermas, rasionalisasi menghasilkan sistem produksi baru yang
tidak terlalu mendistorsi. Tujuan akhir evolusi sosial adalah masyarakat
rasional.rasionalitas disini berarti menyingkirkan perintah yang menyebabkan
distorsi komunikasi.
Komunikasi. Herbermas membedakan
antara tindakan komunikatif dan diskursus. Tindakan komunikatif terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, diskursus adalah bentuk komunikasi yang dipisahkan dari
konteks pengalaman dan tindakan dan memiliki struktur. Secara teoritis
konsensus muncul dalam diskursus ketika empat tipe pernyataan dikemukakan :
1.
Ucapan pembicara dapat
dimengerti dan dipahami,
2.
Pernyataan yang
dikemukakan oleh pembicara adalah benar, artinya pembicara mengemukakan
pengetahuan yang dapat dipercaya,
3.
Pembicara diyakini
benar dalam mengemukakan pernyataan, pembicara dapat dipercayai,
4.
Bagi pembicara
mengucapkan pernyataan benar dan tepat, pembicara benar mengucapkan demikian.
Teori kritis
Dewasa Ini
Tekno-Kapitalisme. Teori
kellner didasarkan atas premis bahwa kita belum lagi bergerak ke abad
post-modern atau post-industri tetapi masih berada di zaman kapitalisme yang
terus merajalela seperti di masa jayanya teori kritis. Menurut istilah teknis
Marxian, masyarakat tekno-kapitaliseme “modal konstan berangsur-angsur
menggantikan modal variabel seperti tercermin dari rasio antara teknologi dan
tenaga kerja yang makin meningkat dengan mengorbankan input tenaga kerja
manusia”. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa tekno-kapitalisme masih merupakan
kapitalisme sekalipun teknologi jauh lebih besar perannya ketimbang di masa sebelumnya.
Kellner menentang pemikiran yang menyatakan bahwa teknologi menentukan
superstruktur masyarakat. Ia pun menolak pandangan yang menyatakan
tekno-kapitalisme sebagai tahap baru dalam sejarah dan menolak kembali ke
konsep kelas pilitik lama.
Kellner tak bermaksud membangun sebuah teori berskala lengkap mengenai
tekno-kapitalisme. Inti tesisnya adalah bahwa meski telah berubah secara
dramatis, namun kapitalisme masih akan tetap berkuasa dalam dunia masa kini,
dengan demikian peralatan analisis yang disediakan oleh aliran kritis dan oleh
teori Marxian pada umumnya masih tetap relevan untuk menganalisis kehidupan
masa kini.
Sosiologi Ekonomi Neo
Marxian
Pada bagian ini akan dibahas dua kelompok karya. Pertama berfokus pada isu
modal dan tenaga kerja yang luas, yang kedua adalah karya kontemporer yang
lebih sempit, tentang transisi dari fordisme ke post fordisme.
Modal dan Tenaga
Kerja
Kebanyakan pemikiran ekonomi Marx didasarkan atas premis bahwa kapitalisme
adalah sebuah sistem kompetitif. Marx memang membuat ramalan tentang
kemungkinan munculnya sistem monompoli dimasa yang akan datang, tetapi
komentarnya tentang hal ini hanya singkat.
Mengenai monopoli modal, Paul Baran dan Sweezy memuai kritik dengan
mengkritik il mu sosial Marxian. Mereka menuduh teori Marxian mengalami
stagnasi Mereka menuduh teori Marxian mengalami stagnasi karena teori itu terus
bersandar pada asumsi ekonomi kompetitif. Memurut mereka teori Marxian modern
mestinya menyadari bahwa kapitalisme persaingan sebagian besar telah digantikan
oleh kapitalis monopoli.
Kapitalisme monopoli dalalm satu hal berarti pengendalian terhadap satu
atau sedikit kapitalis terhadap sektor ekonomi tertentu. Jelas dalam
kapitalisme monopoli kompetisi jauh lebih sedikit ketimbang dalam kapitalisme
kompetitif. Dalam kapitalisme kompetitif organisasi bersaing atas dasar harga,
artinya kapitalis berusaha untuk menjual barang lebih banyak dengan menawarkan
harga lebih rendah. Dalam kapitalis monopolis perusahaan tidak lagi bersaing
dengan cara seperti itu karean satu atau beberapa perusahaan mengendalikan
pasar yakni kompetisi bergeser ke bidang penjulan, misalnya periklanan,
pengemasan dan metode lain yang bertujuan menarik minat konsumen potensial
adalah bidang utama kompetisi. Disini persaingan harga makin di pandang tidak
rasional. artinya, dilihat dari sudut pandang kapitalis monopoli, menawarkan
harga yang makin rendah hanya akan menimbulkan kekacauan di pasar, selain itu
belum lagi memiocarakn keuntungan yang makin kecil dan kemungkinan untuk
bangkrut. Sebalikny, kompetisi penjulan bukanlah sistem persaingan yang tajam,
yang saling membunuh, namun pada kenyataannya sistem penjualan ini menyediakan
pekerjaan bagi industri periklanan. Kompetisi penjualan juga jauh lebih kecil
resikonya ketimbang kompetisi harga.
Aspek penting lain kapitalisme monopoli adalah munculnya perusahaan raksasa
dan sejumlah kecil perusahaan besar yang mengendalikan sebagian besar sektor
ekonomi. Dalam kapitalisme kompetitif, organisasi perusahaan seluruhnya
dikendalikan oleh seorangan pengusaha. Perusahaan modern dimiliki oleh sejumlah
besar pemegang saham. Meski pemegang saham memiliki perusahaan, namun para
manager melaksanakan kontrol sesungguhnya sehari-hari. Manager adalah sentral
dalam kapitalisme monopoli sedangkan pengusaha adalah sentral dalam kapitalisme
kompetitif. Manager memiliki kekuasaan yang besar yang mereka upayakan untuk
mempertahankannya. Baran dan Sweezy menguraikan secara luas mengenai posisi
sentral manager perusahaan dalam masyarakat kapitalis modern. Manajer dipandang
sebagai kelompok yang sangat rasional yang berpikir untuk memaksimalkan
keuntungan organisasi.
Kritikan untuk Baran dan Sweezy dengan alasan bahwa mereka terlalu
menekankan rasionalitas manager. Herbert Simon mengkritik menyatakan bahwa
manager lebih tertarik untuk menemukan solusi yang memuaskan secara
minimal ketimbang menemukan solusi yang paling rasional dan paling
menguntungkan. Banyak orang yang akan menyatakan bahwa para pemegang saham
mayoritaslah sebenarnya yang mengkontrol sistem kapitalis.
Tenaga Kerja dan
Monopoli Modal
Untuk mengembangkan analisis Marx, Braverman menyatakan bahwa konsep “kelas
buruh” tidak mendeskripsikan orang atau kelompok pekerja tertentu, tetapi lebih
merupakan sebuah pernyataan tentang proses pembelian dan penjualan tenaga
kerja. Dilihat dari hal itu, Braverman menyatakan bahwa dalam kapitalisme
modern sebenarnya tidak seorang pun di antara tenaga kerja itu memiliki alat
produksi , karena itu segolongan besar orang, termasuk pekerja kantoran dan
pelayan terpaksa menjual tenaga mereka kepada segolongan kecil yang
memiliki produksi.
Braverman mengakui adanya eksploitasi ekonomi yang menjadi sasaran
perhatian Marx, tetapi ia menekankan perhatian pada masa pengendalian. Cara
kapitalis mengendalikan tenaga kerja yang mereka kerjakan yakni dengan melalui
manajer. Braverman mendefinisikan manajemen “proses memimpin tenaga kerja yang
bertujuan mengendalaikannya di dalam perusahaan”. Braverman memusatkan
perhatian pada cara-cara yang lebih bersifat impersonal yang digunakan manajer
untuk mengndalikan tenaga kerja.
Pemanfaatan spesialisasi untuk mengendalikan tenaga kerja. Spesialisasi di
tempat kerja meliputi pembagian tugas atau operasi menjadi bagian-bagian kecil
dan sangat terspesialisasi, yang tiap bagian diserahkan kepada pekerja yang
“berlainan”. Spesialisasi bukanlah alat kontrol memadai yang dapat
digunakan kapitalis dan manajer. Alat kontrol penting lainnya adalah teknik
ilmiah, termasuk upaya seperti manajemen ilmiah. Menurut Braverman
manajemen ilmiah adalah ilmu mengenai “cara terbaik yang digunakan untuk
mengendalikan tenaga karja yang teralienasi”. Manajemen ilmiah ditemukan
dalam sederetan tahapan yang bertujuan mengendalikan tenaga kerja sebagai
berikut: mengumpulkan sejumlah pekerja dalam satu ruangan kerja, menetapkan
lamanya hari kerja dan jam kerja, mengawasi pekerjaan mereka, melakasanakan
peraturan terhadap peraturan dan menetaokan produksi minimla yang dapat
dierima.
Braverman pun melihat mesin sebagai alat kontrol terhadap pekerja. Mesin
modern tercipta ketika “peralatan dan atau pekerjaan cenderung diatur
gerakannya oleh struktur mesin itu sendiri. Keterampilan lebiih tertuju untuk
melayani mesin ketimbang membiarkan didapatkan oleh pekerja. Pekerja menjadi
kontrol oleh mesin ketimbnag mengkontrol pekerjaan. Braverman menyatakan
pekerja kantoran dan pekerja pelayan tunduk pada proses kontrol yang sama
dengan yang digunakan terhadap pekerja tangan di abad terakhir.
Dalam kapitalisme kompetitif abad 19 digunakan kontrol sederhana di mana
“para atasan menggunakan kekuasan secara pribadi, ikut campur tangan dalam
proses kerja sering dengan cara yang memaksa pekerja, menggeretak dan mengancam
pekerja, memberi hadiah atas pelaksanaan pekerja yang baik, mengangkat dan
memecat dengna segera, menyayangi pekerja yang setia dan lainnya. Pekerja
modern dapat di kontrol dengan teknologi yang digunakan ditempat kerja. Selain
itu pekerja modern juga di kontrol dengan birokrasi yang lebih bersifat
impersonal ketimbang di kontrol secara personal oleh pengawas. Kapitalisme
terus berubah dan bersamaan dengan itu mengubah cara mengkontrol pekerja.
Michael Burawoy dan kajiaanya tentang mengapa pekerja dalam sistem
kapitalis bekerja sedemikian keras. Ia menolak penjelasan Marx yang menyatakan
bahwa kerja keras itu karena adanya koersi atau paksaan. salah satu aspek
yang diteliti Burawoy adalah permainan yang dimainkan pekerja ditempat kerja
dan lebih umum lagi praktif informal yang mereka kembangkan di tempat kerja.
Burawoy menyatakan metode membangkitkan kerja sama secara aktif dan persetujuan
seperti itu jauh lebih efektif dalam membawa pekerja untuk bekerja sama dalam
mengejar keuntungan ketimbang metode paksaan.
Fordisme dan post
fordisme
Fordisme merujuk kepada gagasan, prinsip, da sistem yang dikembangkan oleh
Henry Ford. Ford pada umumnya berjasa dalam mengembangkan sistem produksi
massal modern, terutama melalui penciptaan sistem perakitan mobil secara
bergulir. Ciri-ciri fordisme :
1. Produksi massal
untuk produk sejenis
2. Menggunakan
teknologi yang tidak fleksibel seperti perakitan bergulir
3. Mengadopsi sistem
pekerja rutin yang distandarkan
4. Kenaikan
produktivitas berasal dari skala “ekonomi maupun dari penurunan tingkat
katerampilan, intensifikasi dan homogenisasi tenaga kerja.
5. Meningkatnya
pekerja massal dan serikat yang birokratis
6. Negosiasi oelh
srikat mengenai keseragaman upah berkaitan erat dengan kenaikan keuntungan dan
produktivitas.
7. Pertumbuhan pasar
untuk produk homogen industri massal dan homogenisasi pola konsumsi
8. Kenaikan upah,
berkaitan dengan unionisasi, menyebabkan kenaikan permintaan atas kenaikan
suplai produk yang diproduksi secara massal
9. Pasar untuk produk
yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi Keynesian
10. Lembaga pendidikan umum menyediakan tenaga
kerja massal yang diperlukan oleh industri
Akibat dinyatakan
kemerosotan fordisme dan bangunnya post fordisme yang ditandai oleh hal
berikut:
1. Menurunnya minat
terhadap produk massal dan diikuti pertumbuhan minat terhadap produk yang lebih
terspesialisasi terutama prooduk yang bergaya dan berkualitas tinggi
2. Produksi yang lebih
terspesialisasi memerlukan jangka waktu produksi lebih pendek yang dapat
dihasilkan dalam sistem yang lebih kecil dan lebih produktif
3. Produksi yang labih
fleksibel menjadi menguntungkan dengan adanya teknologi baru
4. Teknologi baru yang
memerlukan tenaga kerja yang selanjutanya mempunyai keterampilan yang makin
berbeda dan pendidikan yang lebih baik, bertanggung jawab dan otonomi makin
besar
5. Produksi harus
dikontrol melalui sistem yang lebih fleksibel
6. Birokrasi yang
sangat besar dan tidak fleksibel perlu di ubah agar beroperasi lebih mudah
7. Serikat buruh yang
dibirokratisasikan tidak lagi memadai untuk mawakili kepentingan tenaga kerja
baru yang sangat terdiferensiasi
8. Perundingan
kolektif yang didesentralisasi menggantikan negosiasi yang disentralisasir
9. Tenaga kerja
menjadi semakin terdiferensiasi dan memerlukan komoditi, gaya hidup dan saluran
kultural yang makin terdeferensiasi
10. Kekayaan negara yang tersentralisasi tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhan rakyat yang berbeda-beda dan diperlukan lembaga
yang lebih terdifensiasi dan lebih fleksibel.
Bila diringkas
pergeseran dari fordisme ke post fodisme dapat dilukiskan sebagai transisi dari
homogenitas ke hererogenitas.
Marxisme Berorientasi Historis
Riset histories Marx paling terkenal adalah formasi ekonomi prakapitalis,
dalam bagian ini akan membahas karya yang merefleksikan orientasi histories
karya Immanuel Wallerstein tentang sistem dunia modern.
Sistem Dunia Modern
Wallerstein memilih unit analisis tak seperti yang digunakan oleh
kebanyakan pemikir Marxian, ia tak memperhatikan pekerja, kelas atau bahkan
Negara karena ia melihat sebagian besar variabel tersebut terlalu sempit untuk
tujuan analisisnya. Sebaliknya wallerstein lebih memusatkan perhatian pada
kesatuan ekonomi luas dengan pembagian kerja yang tak dibatasi oleh batasan politik
atau cultural, ia menemukan bahwa unit dalam konsep sistem dunianya itu
sebagian besar adalah sistem sosial yang memenuhi kebutuhan sendiri dengan
batas dan juga hidup yang dapat ditetapkan artinya sistem sosial tidak kekal
selamanya. Wallerstein tak cenderung mendefinisikan sistem itu dipersatukan
bersama oleh berbagai jenis kekuatan yang mengandung ketegangan didalamnya,
Wallerstein menyatakan bahwa memiliki dua tipe sistem dunia yaitu kekaisaran
dunia dan sistem ekonomi dunia kapitalis modern, kekaisaran dunia berdasarkan
dominasi politik sedangkan system ekonomi dunia kapitalis berdasarkan dominasi
ekonomi. Ekonomi dunia kapitalis dipandang lebih stabil ketimbang kekaisaran
dunia karena beberapa alasan :
1.
Ekonomi dunia
kapitalis mempunyai basis lebih luas, karena meliputi banyak Negara.
2.
Mempunyai proses
stabilisasi ekonomi yang terpasang permanent.
Wallerstein meramalkan kemungkinan munculnya system dunia ketiga, sebuah
pemerintahan dunia sosialis. Kawasan pinggiran (periphery) terdiri dari kawasan
yang menyediakan bahan mentah bagi pusat dan sangat dieksploitasi oleh pusat,
dan kawasan semipinggiran (semiperiphery) adalah katagori sisa yaitu meliputi
sekumpulan kawasan di suatu tempat antara yang mengeksploitasi dan yang
dieksploitasi. Menurut Wallerstein pembagian eksploitasi internasional bukan
ditentukan oleh batas Negara, tetapi oleh pembagian kerja ekonomi di dunia.
Wallerstein melihat ekonomi sebagai alat dominasi yang jauh lebih efisien dan
lebih maju ketimbang politik, struktur politik sangat tidak praktis, sedangkan
eksploitasi ekonomi memungkinkan untuk meningkatkan aliran surplus dari strata
bawah ke strata lebih tinggi, dari kawasan pinggiran ke kawasan pusat, dari
mayoritas ke minoritas. Di era modern kapitalis menyediakan basis untuk pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi dunia ini telah tercapai tanpa bantuan struktur
politik yang dipersatukan. Kapitalisme dapat dipandang sebagai alternative
ekonomi terhadap dominasi politik, kapitalisme jauh lebih mampu menghasilkan
surplus ekonomi ketimbang teknik yang primitif yang digunakan dalam eksploitasi
politik.
Wallerstein menyatakan
ada 3 hal yang diperlukan untuk membangun ekonomi dunia kapitalis keluar dari
puing reruntuhan feodalisme :
1.
Ekspansi Geografis
Kelompok elite seperti
bangsawan memerlukan ekspansi lautan karena berbagai alas an, Pertama,mereka
berperang melawan kelas yang baru muncul yang menyebabkan ambruknya ekonomi
feodal. Kedua, perdagangan budak menyediakan mereka tenaga
kerja loyal untuk membangun ekonomi kapitalis. Ketiga, ekspansi
juga menyediakan mereka berbagai jenis komoditi yang dibutuhkan untuk
mengembangkan ekonomi kapitalis.
2.
Pembagian Kerja Dunia
Kapitalisme
menggantikan statisme sebagai kode utama yang mendominasi dunia, tetapi
kapitalisme tidak berkembang secara seragam di seluruh dunia, menurut
Wallerstein solidaritas system kapitalis pada akhirnya didasarkan pada
pengembangan yang tek ekual. Dengan orientasi Marxiannya, Wallerstein tidak
menggapnya sebagai keseimbangankonsensual, tetapi lebih sebagai keseimbangan
yang bermuatan konflik dari awal. Bagian- bagian system dunia kapitalis yang
berbeda terspesialisasi dalam fungsi-fungsi khusus mengembangbiakan tenaga
kerja, memproduksi bahan makanan, menyediakan bahan mentah, dan mengorganisir
industri. Contoh Afrika memproduksi budak, Eropa Barat dan Eropa Selatan
mempunyai banyak petani dan petani penyewa. Wallerstein menyatakan bahwa kunci
kapitalisme terletak pada kenyatan bahwa kawasan pusat didominasi oleh pasar
tenaga kerja bebas untuk pekerja terampil, dan pasar tenaga kerja paksa untuk
pekerja kurang terampil terdapat di kawasan pinggiran.
3.
Perkembangan Negara
Pusat
Negara - negara Eropa
memperkuat diri mereka sendiri di abad ke 16 antara lain dengan mengembangkan
dan memperluas sistem birokrasi dan menciptakan monopoli kekuasaan dalam
masyarakat, terutama dengan membangun tentara dan melegitimasi aktivitas mereka
untuk menjamin terpeliharanya stabilitas dalam negeri. Contohnya adalah
perkembangan dan kemudian diikuti kemerosotan dalam megara pusat, yakni negara
Belanda.
Dengan merefleksikan
pendekatan Marxiannya tentang ekonomi, Wallerstein menyatakan bahwa untuk
menjadi bagian bagian ekonomi dunia, srtuktur politik bangsa bersangkutan harus
menjadi bagian dari sistem antarnegara.
Teori Sistem Dunia
Kini
Pemikir Marxis mengkritik perspektif system dunia kerena kegagalan
menjelaskan secara memadai hubungan antara kelas-kelas sosial, menurut
pandangan mereka, Wallerstein memusatkan perhatian pada masalah yang keliru.
Bagi pemikir Marxis, kuncinya bukanlah pembagian kerja internasional antara
kawasan pusat dan pinggiran, tetapi adalah masalah hubungan kerja dalam
masyarakat tertentu. Berger berupaya mendamaikan perbedaan pendapat ini dengan
menyatakan bahwa di kedua pihak ada kekuatan dan kelemahannya. Pendirian kuncinya
adalah bahwa hubungan pusat-pinggiran adalah penting, tak hanya sebagai
hubungan pertukaran seperti ditegaskan Wallerstein tetapi lebih penting karena
ada hubungan kekuasaan ketergantungan yakni hubungna kelas. Teoritis system
dunia telah mendorong teori tersebut agar untuk membahas situasi dunia sekarang
dan masa yang akan datang serta masa-masa sebelum era modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar